Tuesday, May 18, 2004

Kehidupan Sosial

cuplikan : Bab 1
Judul Buku : Keajaiban pada Semut
Penerbit : Dzikra
Penulis : Harun Yahya
Situs : Harun Yahya


Telah disebutkan bahwa semut hidup berkoloni dan di antara mereka terdapat pembagian kerja yang sempurna. Jika diteliti, kita dapati sistem mereka memiliki struktur sosial yang cukup menarik. Mereka pun mampu berkorban pada tingkat yang lebih tinggi daripada manusia. Salah satu hal paling menarik dibandingkan manusia, mereka tidak mengenal konsep semacam diskriminasi kaya-miskin atau perebutan kekuasaan.
….
Sebagian koloni semut begitu pada populasinya dan luas daerah hidupnya, sehingga tak mungkin bisa dijelaskan bagaimana mereka dapat membentuk tatanan yang sempurna.
….
Sebagai contoh koloni yang besar ini, misalnya spesies semut Formica yesensis, yang hidup di pantai Ishikari, Afrika. Koloni semut ini tinggal di 45.000 sarang yang saling berhubungan di wilayah seluas 2,7 kilometer persegi. Koloni yang memiliki sekitar 1.080.000 ratu dan 306.000.000 pekerja ini dinamai “koloni super” oleh para peneliti.
….
Namun, koloni semut tidak memerlukan polisi, satpam, atau hansip. Dan mengingat tugas sang ratu – yang kita anggap sebagai pemimpin koloni – hanya melestarikan spesies, semut-semut ini sebenarnya tidak punya pemimpin atau penguasa. Jadi, diantara mereka tidak ada hierarki berdasarkan rantai komando.
….
Dalam dunia semut tidak ada pemimpin, perencanaan, atau pemrograman. Dan yang terpenting adalah bahwa tidak ada rantai komando, seperti sudah disebutkan. Tugas-tugas terumit dalam masyarakat ini terlaksana tanpa tertunda karena adanya organisasi diri yang sangat canggih. Misalkan : Bila koloni mengalami paceklik, semut pekerja segera berubah menjadi semut “pemberi makan” dan mulai memberi makan sesamanya dengan partikel makanan dalam perut cadangannya. Bila koloni kelebihan makanan, mereka melepaskan identitas ini dan kembali menjadi semut pekerja.
….
Agar sistem yang sangat terorganisasi ini muncul, mesti ada “kehendak utama” yang mengilhami mereka mengerjakan tugas dan memerintah mereka. Kalau tidak, pasti terjadi kekacauan besar, bukan ketertiban. Dan kehendak utama ini adalah milik Allah, yang memiliki segala sesuatu, yang Mahakuasa, yang mengarahkan semua makhluk hidup dan memerintah mereka melalui ilham.

“Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Qs. Hud, 11:56)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home