Spesies Semut
cuplikan : Bab 3
Judul Buku : Keajaiban pada Semut
Penerbit : Dzikra
Penulis : Harun Yahya
Situs : Harun Yahya - Semut
Semut Pemotong Daun
Semut pemotong daun sedang bekerja.
Ciri-ciri khusus semut pemotong daun, yang juga di-sebut "Atta", adalah kebiasaan mereka membawa potongan daun yang mereka potong di atas kepalanya. Semut ini bersembunyi di bawah daun, yang sangat besar dibandingkan ukuran tubuh mereka. Daun ini mereka tahan dengan dagu yang terkatup rapat. Oleh karena itu, perjalanan pulang semut pekerja setelah bekerja seharian memberi pemandangan sangat menarik. Orang yang melihatnya akan merasa seolah lantai hutan menjadi hidup dan berjalan. Di hutan hujan, pekerjaan mereka mengambil sekitar 15 persen produksi daun. Alasan mereka membawa potongan daun tentu saja bukan untuk perlindungan dari matahari. Semut ini juga tidak memakan potongan daun. Lalu, bagaimana mereka memanfaatkan begitu banyak daun?
Ternyata Atta menggunakan daun untuk memproduksi jamur. Daun itu sendiri tidak dapat mereka makan karena di dalam tubuh mereka tak ada enzim yang dapat mencerna selulosa dalam daun. Semut pekerja menumpuk potongan daun setelah ia kunyah, dan ia sim-pan di ruang-ruang dalam sarang di bawah tanah. Di ruangan ini mereka menanam jamur di atas daun. Dengan ini, mereka memperoleh protein yang mereka butuhkan dari pucuk jamur
Namun, jika Atta disingkirkan, kebun itu biasanya mulai rusak dan segera tersaingi jamur liar. Lalu, bagaimana Atta, yang membersihkan kebunnya hanya sebelum "penanaman", terlindung dari jamur liar? Cara menjaga kultur murni jamur tanpa harus selalu disiangi tampaknya bergantung pada air liur yang dimasukkan semut ke dalam kompos saat mereka mengunyah. Diduga air liur tersebut mengandung antibiotik yang menghambat pertumbuhan jamur yang tak diinginkan. Air liur juga mungkin mengandung zat pen-dukung pertumbuhan untuk jamur yang tepat.21 Yang harus direnungkan adalah: Bagaimana semut ini belajar membudidayakan jamur? Apakah mungkin, pada suatu hari seekor semut kebetulan mengambil daun dengan mulutnya dan mengunyahnya? Lalu secara kebetulan lagi ia menempatkan cairan yang kini mirip bubur ini di atas lapisan daun kering yang benar-benar secara kebetulan merupakan lahan yang cocok? Dan semut lain membawa potongan jamur dan menanamnya di situ? Dan akhirnya semut itu tahu di situ akan tumbuh sejenis makanan yang dapat mereka makan, sehingga mereka mulai membersihkan kebun, membuang bahan yang tak perlu, dan memanennya? Lalu mereka menyampaikan proses ini kepada seluruh koloni satu per satu? Selain itu, mengapa mereka membawa semua daun itu ke sarang meskipun tak dapat mereka makan?
Selanjutnya, bagaimana semut ini mampu menciptakan air liur yang mereka gunakan saat mengunyah daun untuk memproduksi jamur? Kalaupun misalnya mereka entah bagaimana dapat membentuk air liur ini, dengan informasi apa mereka dapat memproduksi antibiotik dalam air liur mereka yang mencegah terbentuknya jamur liar? Bukankah diperlukan pengetahuan ilmu kimia yang signifikan untuk bisa mencapai proses seperti itu? Andaipun mereka memiliki pengetahuan itu - yang mustahil terjadi - bagaimana mereka bisa menerapkannya dan membuat air liur mereka memiliki ciri-ciri zat antibiotik ini?
Jika kita pikirkan bagaimana semut dapat mewujudkan peristiwa mukjizat ini, muncullah ratusan pertanyaan serupa, yang satu pun tak ada jawabannya.
Di lain pihak, jika diberikan satu penjelasan, semua pertanyaan ini bisa dijawab. Semut telah dirancang dan diprogram untuk mengerjakan tugas yang mereka laksanakan. Peristiwa yang diamati tadi sudah cukup untuk membuktikan bahwa semut dimunculkan, dengan mengetahui ilmu pertanian. Pola perilaku kompleks seperti ini bukanlah fenomena yang bisa berkembang bertahap seiring waktu. Pola-pola ini adalah hasil dari pengetahuan yang komprehensif dan kecerdasan yang tinggi. Maka dari itu, klaim evolusionis bahwa perilaku menguntungkan diseleksi seiring waktu dan organ yang diperlukan berkembang melalui mutasi, kini tampak sama sekali tak logis. Tentu hanya Allah yang memberikan pengetahuan ini kepada semut dari hari pertama, dan Yang menciptakan mereka dengan segala segi yang menakjubkan ini. Allah-lah sang Pen-cipta. Berbagai keunikan semut Atta yang di atas memberikan suatu gambaran yang akan sering kita temui di seluruh buku ini. Kita membicarakan suatu makhluk hidup yang tak memiliki kemampuan berpikir, tetapi tetap saja dapat menyelesaikan tugas besar yang memperlihatkan adanya kecerdasan tinggi. Hal ini tak terbayangkan oleh manusia.
Lalu, apa arti semua ini?
Jawabannya hanya satu dan sederhana: Jika hewan ini tidak memiliki kemampuan berpikir untuk memungkinkannya melakukan apa yang ia lakukan, berarti ada kecerdasan, ada Kebijakan sosok lain. Sang Pencipta, yang menciptakan semut, menjadikan pula hewan ini mampu melakukan hal-hal di luar kapasitasnya sendiri. Demikianlah Dia menunjukkan keberadaan-Nya dan keunggulan dalam ciptaan-Nya. Semut bertindak menurut ilham Allah dan kecerdasan yang ditampilkan sebenarnya adalah kearifan Allah.
Sebenarnya, situasi serupa berlangsung di seluruh dunia hewan. Kita bertemu berbagai makhluk yang menampilkan kecerdasan yang sangat tinggi meskipun mereka tak memiliki pikiran yang mandiri atau kapasitas nalar. Semut adalah salah satu hewan yang paling mencolok dan seperti hewan lain, sebenarnya bertindak sesuai dengan program yang diberikan oleh Kehendak yang melatihnya. Ini mencerminkan kearifan dan kekuasaan si Pemilik Kehendak, yakni Allah.
.....
0 Comments:
Post a Comment
<< Home